viralizou.site – Penampilan Urvashi Rautela Labubu di Wimbledon 2025 menjadi perbincangan hangat di media sosial, namun bukan karena gaun putih renda yang elegan, melainkan tas Hermes Birkin yang dihiasi empat gantungan Labubu warna-warni. Gaya ini memicu reaksi beragam, dari pujian atas keberaniannya hingga kritik pedas yang menyebutnya “norak”. Artikel ini mengulas kontroversi Urvashi Rautela Labubu, tren Labubu, dan dampaknya di kancah fashion global. Untuk itu, mari kita telusuri apa yang membuat penampilan ini begitu viral.
Urvashi Rautela Labubu: Sorotan di Wimbledon 2025
Pada 12 Juli 2025, Urvashi Rautela Labubu mencuri perhatian di Wimbledon 2025 dengan gaun putih fit-and-flare rancangan Ali Asaad. Gaun ini, dengan detail korset dan pita feminin, memancarkan pesona romantis ala pernikahan Inggris modern. Namun, fokus netizen justru tertuju pada tas Hermes Birkin yang dihiasi empat boneka Labubu berwarna cerah. Kombinasi ini memicu gelombang komentar di media sosial, dengan banyak yang menganggap gaya Urvashi Rautela Labubu berlebihan.
Seorang netizen menulis, “Baru kali ini lihat Hermes digantungin empat Labubu, luar biasa,” seperti dikutip dari Wolipop pada 14 Juli 2025. Lainnya berkomentar, “First Indian woman to carry 4 Labubus,” sementara ada pula yang bercanda, “Dia sedang jualan Labubu di Wimbledon.” Dengan demikian, penampilan Urvashi Rautela Labubu menjadi bahan meme dan diskusi online yang ramai.
Tren Labubu: Dari BLACKPINK hingga Kontroversi
Boneka Labubu, ciptaan seniman Hong Kong Kasing Lung untuk Pop Mart, telah menjadi fenomena global sejak dipopulerkan oleh selebritas seperti Lisa dan Jennie dari BLACKPINK. Gantungan tas berwajah “creepy-cute” ini menjadi simbol gaya playful yang kontras dengan kemewahan tas branded. Banyak selebritas, termasuk Rihanna dan Ananya Panday, turut mengadopsi tren ini, menjadikannya aksesori populer di kalangan fashionista.
Namun, Urvashi Rautela Labubu membawa tren ini ke level baru dengan menggunakan empat Labubu sekaligus. Meski beberapa mengapresiasi keberaniannya, banyak netizen menilai jumlah gantungan itu berlebihan, merusak estetika tas Hermes Birkin yang bernilai jutaan rupiah. “Cara membuat tas jadi murahan adalah dengan menggantungkan mainan norak anak,” tulis seorang pengguna. Komentar lain bahkan menyinggung keaslian barang, dengan sindiran seperti, “Pakai Hermes palsu dan jam palsu,” serta “Labubunya juga palsu.” Untuk itu, gaya Urvashi Rautela Labubu memicu debat tentang batas antara ekspresi diri dan estetika fashion.
Reaksi Netizen dan Dampak Sosial Media
Media sosial menjadi panggung utama bagi kontroversi Urvashi Rautela Labubu. Selain kritik, ada pula reaksi humoris yang membuat penampilan ini viral. Komentar seperti “Labubu carrying Labubu” dan “Urvashi’s got a Labubu squad!” mencerminkan kreativitas netizen dalam membuat meme. Namun, sebagian komentar lebih pedas, menyebut gaya Urvashi “norak” dan meragukan keaslian aksesorinya.
Selain tas Labubu, Urvashi juga memicu kontroversi dengan mengklaim bertemu Princess of Wales Kate Middleton di Wimbledon, dengan caption, “TRULY AN HONOR TO MEET YOU.” Netizen menyanggah klaim ini, menunjukkan bahwa foto hanya menangkap Kate dari kejauhan. “Liar, she isn’t even looking at her,” tulis seorang pengguna. Dengan demikian, kombinasi gaya Urvashi Rautela Labubu dan klaimnya tentang Kate Middleton membuatnya menjadi sorotan tajam di media sosial.
Gaya Fashion Urvashi: Berani atau Berlebihan?
Urvashi Rautela dikenal dengan pilihan fashion yang berani, seperti kalung reptil di Cannes 2023 dan lipstik biru yang matching dengan gaunnya. Penampilan Urvashi Rautela Labubu di Wimbledon 2025 melanjutkan tradisi ini, menunjukkan keberaniannya dalam bereksperimen. Namun, penggunaan empat Labubu dianggap oleh sebagian netizen sebagai langkah yang merusak kemewahan tas Hermes Birkin, yang dikenal sebagai simbol status.
Meski menuai kritik, pendukung Urvashi memuji keberaniannya dalam mengekspresikan diri. “Urvashi tahu cara mencuri perhatian,” tulis seorang penggemar. Pendapat ini mencerminkan polarisasi dalam dunia fashion, di mana gaya eksentrik sering kali memicu cinta dan benci. Untuk itu, Urvashi Rautela Labubu menjadi studi kasus menarik tentang bagaimana fashion dapat memicu diskusi global.
Makna Tren Labubu di Dunia Fashion
Tren Labubu mencerminkan pergeseran dalam dunia fashion menuju gaya yang lebih personal dan playful. Boneka ini, yang terinspirasi dari dongeng Nordik, menawarkan kontras unik dengan kemewahan tas branded, menciptakan perpaduan antara high fashion dan budaya pop. Kehadiran Urvashi Rautela Labubu di Wimbledon 2025 memperkuat tren ini, sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia dan Asia Tenggara, tempat Labubu populer, memiliki pengaruh besar dalam fashion global.
Namun, kritik terhadap Urvashi juga menyoroti tantangan dalam mengadopsi tren. Jumlah Labubu yang berlebihan dianggap mengurangi nilai estetika, menimbulkan pertanyaan tentang batasan kreativitas dalam fashion. Dengan demikian, Urvashi Rautela Labubu tidak hanya memicu kontroversi, tetapi juga mendorong diskusi tentang keseimbangan antara ekspresi diri dan selera fashion.
Kesimpulan
Penampilan Urvashi Rautela Labubu di Wimbledon 2025 telah menciptakan gelombang reaksi, dari pujian atas keberanian hingga kritik pedas yang menyebutnya norak. Tas Hermes Birkin dengan empat gantungan Labubu menjadi simbol polarisasi dalam dunia fashion, mencerminkan tren playful yang dipopulerkan oleh selebritas global. Meski menuai sindiran, gaya Urvashi menegaskan posisinya sebagai trendsetter yang tidak takut bereksperimen. Untuk itu, Urvashi Rautela Labubu mengajarkan bahwa fashion adalah tentang keberanian, meski tidak selalu diterima semua orang. Dengan demikian, kisah ini menjadi pengingat bahwa dalam dunia fashion, ekspresi diri sering kali lebih berisik daripada aturan konvensional.
