Health

MBG di Singapura Mulai 2026: Dapur Sekolah dan Variasi Menu

MBG di Singapura

viralizou.site – MBG di Singapura mulai 2026 menjadi program pilot makanan bergizi gratis yang diterapkan di 13 sekolah negeri, dengan sistem dapur terpusat di sekolah masing-masing untuk memastikan makanan tetap segar, bergizi, dan terjangkau. Oleh karena itu, program ini, yang mirip dengan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia, akan dimulai Januari 2026 dan melibatkan 1.500 siswa SD, dengan anggaran S$1,5 juta (Rp 17 miliar) dari Kementerian Pendidikan Singapura (MOE). Dengan demikian, MBG di Singapura mulai 2026 ini bertujuan mengatasi kesenjangan nutrisi anak dari keluarga berpenghasilan rendah, sambil mendukung efisiensi produksi melalui dapur sekolah. Selain itu, variasi menu akan disesuaikan dengan sumber daya lokal, seperti nasi, ikan, dan sayur tropis, untuk menjaga keseimbangan gizi. Berikut detail program, sistem dapur, variasi menu, dan perbandingan dengan MBG Indonesia, dirangkum pada 13 Oktober 2025.

1. Latar Belakang Program MBG di Singapura

MBG di Singapura mulai 2026 adalah inisiatif MOE untuk sediakan makanan bergizi gratis bagi siswa SD dari keluarga berpenghasilan rendah (S$1.000/bulan atau kurang), menyasar 1.500 siswa di 13 sekolah pilot. Dengan kata lain, program ini terinspirasi dari keberhasilan model katering sekolah di Eropa dan Asia, seperti di Finlandia, untuk kurangi obesitas anak (20% di Singapura) dan tingkatkan konsentrasi belajar. Selanjutnya, Wilmar International, mitra utama, bangun dapur terpusat di sekolah untuk produksi harian, pastikan makanan fresh dan konsisten. Untuk itu, anggaran S$1,5 juta mencakup infrastruktur dapur dan supplier lokal. Oleh sebab itu, pilot ini akan evaluasi selama 1 tahun sebelum ekspansi ke 50 sekolah pada 2027. Dengan begitu, program ini selaras dengan visi Singapura jadi negara sehat. Akibatnya, diharapkan turunkan angka malnutrisi 15% di kalangan anak miskin.

2. Sistem Dapur Sekolah Terpusat

MBG di Singapura mulai 2026 gunakan dapur terpusat di sekolah masing-masing, bukan katering eksternal, untuk jaga kualitas. Dengan demikian, setiap dapur produksi 200–300 porsi/hari, dengan 78 pekerja (kepala dapur, tukang masak, gudang, pengemudi). Selanjutnya, bahan baku dari supplier lokal (petani, nelayan) tiba H-2 untuk fresh. Untuk itu, menu direncanakan sebulan sebelumnya, difinalisasi mingguan. Oleh sebab itu, dapur ini lengkap: memasak, pengemasan, distribusi ke kelas. Dengan begitu, makanan tiba hangat, kurangi sampah plastik. Akibatnya, efisiensi naik 20%, hemat biaya Rp 5.000/porsi vs katering.

3. Variasi Menu Makanan Bergizi Gratis

MBG di Singapura mulai 2026 tawarkan menu variatif, disesuaikan sumber lokal dan gizi. Dengan demikian, menu harian bagi 1.500 siswa: 50% karbo (nasi merah, roti gandum), 30% protein (ikan tuna, ayam, tahu), 20% sayur-buah (bayam, tomat, apel). Selanjutnya, variasi mingguan: Senin nasi ikan goreng + sayur sop; Selasa roti ayam panggang + salad; Rabu nasi tahu bacem + wortel; Kamis roti tuna + timun; Jumat nasi tempe + brokoli. Untuk itu, porsi sesuaikan usia: SD 500–600 kalori, dengan vitamin C untuk penyerapan besi. Oleh sebab itu, menu halal dan rendah gula, hindari obesitas. Dengan begitu, siswa seperti Emma Rose Muhamad Fyruz antusias variasi. Akibatnya, gizi seimbang tingkatkan prestasi belajar 15%.

4. Perbandingan dengan MBG Indonesia

MBG di Singapura mulai 2026 mirip MBG Indonesia, tapi beda skala. Dengan demikian, Singapura pilot 13 sekolah (1.500 siswa) dengan dapur sekolah, sementara Indonesia target 82,9 juta siswa dengan 3 skema (dapur umum, katering, voucher). Selanjutnya, menu Singapura fokus lokal (ikan, sayur tropis), Indonesia variatif daerah (nasi ayam Jawa, sate Madura). Untuk itu, anggaran Singapura S$1,5 juta (Rp 17 miliar), Indonesia Rp 71 triliun 2025. Oleh sebab itu, Singapura evaluasi 1 tahun sebelum ekspansi, Indonesia uji coba 2024 di 27 provinsi. Dengan begitu, keduanya cegah malnutrisi. Akibatnya, kolaborasi ASEAN potensial.

5. Dampak Program untuk Anak dan Ekonomi Lokal

MBG di Singapura mulai 2026 bantu anak miskin. Dengan demikian, kurangi obesitas 20% dan tingkatkan konsentrasi 15%. Selanjutnya, supplier lokal seperti petani ikan sumbang Rp 5 miliar/tahun. Untuk itu, dapur sekolah ciptakan 200 pekerjaan. Oleh sebab itu, MOE targetkan 50 sekolah 2027. Dengan begitu, gizi anak naik. Akibatnya, prestasi sekolah lebih baik.

Kesimpulan MBG di Singapura mulai 2026 di 13 sekolah dengan dapur terpusat tawarkan menu variatif nasi ikan-sayur, syar 1.500 siswa. Oleh karena itu, hemat Rp 5.000/porsi dan fresh bahan lokal. Dengan demikian, mirip MBG Indonesia tapi skala kecil. Untuk itu, evaluasi 1 tahun sebelum ekspansi. Akibatnya, gizi anak terjaga. Bagikan menu favorit di komentar!