viralizou.site – Keracunan MBG Bima menjadi kasus terbaru yang mengkhawatirkan di program Makan Bergizi Gratis (MBG), setelah sejumlah siswa dan guru di SDN 11 dan SDN 42 Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengalami gejala muntah, diare, dan lemas pada Jumat (10/10/2025). Oleh karena itu, korban langsung dirawat di RSUD Kota Bima dan RS TNI Angkatan Darat, dengan jumlah mencapai 9 orang, termasuk guru dan anggota keluarga siswa. Dengan demikian, keracunan MBG Bima ini bagian dari rentetan insiden serupa di NTB dan NTT, di mana total 408 siswa menjadi korban sejak Juli 2025, menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) NTB. Selain itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Mataram sedang uji mikrobiologi untuk identifikasi penyebab, sementara Dinkes NTB lakukan investigasi. Berikut kronologi kasus Bima, pola kasus nasional, penyebab dugaan, respons pemerintah, dan langkah pencegahan, dirangkum pada 13 Oktober 2025.
1. Kronologi Kasus Keracunan di SDN 11 dan SDN 42 Bima
Kasus keracunan MBG Bima terjadi setelah siswa dan guru mengonsumsi menu MBG pada Kamis (9/10/2025). Dengan kata lain, gejala muncul Jumat pagi, seperti muntah, diare, dan lemas, memaksa 7 siswa dan 2 guru dirawat di RSUD Kota Bima, sementara 2 orang lain di RS AD. Selanjutnya, Sekretaris Dinkes Kota Bima Syarifuddin konfirmasi, “Ada 7 orang di RSUD Kota Bima dan 2 di RS AD. Keluhan sama: lemas, muntah, diare.” Untuk itu, menu MBG yang dicurigai adalah nasi dengan lauk ayam dan sayur, tapi sampel sudah diambil BPOM untuk uji lab. Oleh sebab itu, kasus ini mirip insiden sebelumnya di Bima, di mana ulat ditemukan di menu MIN Tolobali pada 3/10/2025. Dengan begitu, orang tua siswa protes, tuntut transparansi distribusi MBG. Akibatnya, sekolah tutup sementara, siswa dirawat di tenda darurat.
2. Pola Kasus Keracunan MBG di NTB dan NTT
Keracunan MBG Bima bukan kasus tunggal. Dengan demikian, Dinkes NTB catat 252 siswa keracunan di Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Sumbawa sejak April 2025. Selanjutnya, di NTT, 156 siswa di Timor Tengah Selatan (TTS) tumbang pada 3/10/2025 setelah makan MBG, gejala muntah dan diare. Untuk itu, total nasional 408 siswa korban hingga September 2025, menurut Dinkes NTB. Oleh sebab itu, kasus di Sumbawa (17/9/2025) libatkan 106 siswa MTsN 2, MIN 3, dan MAN 3, diduga E. coli. Dengan begitu, Lombok Barat (17 siswa SDN 1 Selat, 4/9/2025) dan Lombok Tengah (5 siswa SDN Repok Tunjang, 23/4/2025) tambah daftar. Akibatnya, program MBG, yang target 82,9 juta siswa, kini dihadapi kritik keamanan pangan.
3. Penyebab Dugaan Keracunan MBG
Keracunan MBG Bima diduga cemaran bakteri E. coli atau makanan basi. Dengan demikian, BPOM Mataram uji mikrobiologi sampel, sementara Dinkes NTB selidiki distribusi. Selanjutnya, faktor penyebab: distribusi dingin dari SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) ke sekolah, bikin makanan basi saat tiba. Untuk itu, di Sumbawa, 106 siswa keracunan karena menu tak dicuci tangan, tambah cemaran. Oleh sebab itu, di TTS, 156 siswa tumbang setelah menu nasi ayam, diduga bakteri dari pengolahan. Dengan begitu, Dinkes NTB sebut kurang monitoring SPPG jadi akar masalah. Akibatnya, 987.767 siswa NTB belum layani MBG, tapi kasus ini tekan percepatan.
4. Respons Pemerintah dan BPOM
Keracunan MBG Bima picu respons cepat. Dengan demikian, Dinkes Kota Bima turun tangan, periksa menu MBG Kamis (9/10). Selanjutnya, BPOM Mataram uji lab sampel, fokus mikrobiologi E. coli. Untuk itu, Dinkes NTB gelar penyelidikan epidemiologi, koordinasi dengan BGN (Badan Gizi Nasional). Oleh sebab itu, Plt Kadis Sumbawa Nur Atika sebut, “Total 130 siswa keracunan, tapi stabil.” Dengan begitu, pemerintah NTB wajibkan SPPG kantongi SLHS (Sertifikat Laik Higiene Sanitasi) untuk cegah kasus. Akibatnya, moratorium distribusi di Bima sementara, siswa makan dari dapur sekolah.
5. Dampak dan Langkah Pencegahan
Keracunan MBG Bima ganggu proses belajar. Dengan demikian, SDN 11 dan 42 tutup sementara, siswa belajar daring. Selanjutnya, orang tua protes, tuntut transparansi SPPG. Untuk itu, Dinkes NTB edukasi cuci tangan sebelum makan. Oleh sebab itu, BPOM uji rutin menu MBG, target nol cemaran. Dengan begitu, program MBG, yang beri Rp 15.000/siswa/hari, harus perbaiki rantai dingin. Akibatnya, 82,9 juta siswa target nasional aman gizi.
Kesimpulan Keracunan MBG Bima libatkan 9 siswa-guru SDN 11 dan 42 NTB, gejala muntah-diare, bagian rentetan 408 korban nasional. Oleh karena itu, dugaan makanan basi dan E. coli picu investigasi Dinkes dan BPOM. Dengan demikian, wajib SLHS SPPG cegah kasus. Untuk itu, edukasi cuci tangan krusial. Akibatnya, MBG aman gizi anak
